Lokasinya berada disebelah timur masjid Sunan Kalijogo, diatas tanah seluas 3 ha, tepatnya di RT 3, Jomblangan, Banguntapan, Bantul,
Pondok pesantran yang didirikan ini sebenarnya berupa tempat pengajian yang mempunyai tujuan untuk memberikan bekal keterampilan bagi santri-santri untuk memiliki keterampilan menekuni dunia usaha disamping mempelajari materi pelajaran agama, sebut saja kajian Al-Qur’an dan hadits, pelajaran bahasa arab, kajian kitab kuning dan lain sebagainya
Menurut pencetusnya yaitu H. M. Wardjono yang nantinya menjadi ketua Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijogo ini, ada beberapa hal yang mendorong hati kecilnya untuk segera mewujudkan impiannya mendirikan pondok pesantren wira usaha . Dengan tindakan yang diharapkan nantinya melahirkan ponpes terbesar dan percontohan baik di
Pertama adalah keprihatinan terhadap fenomena keberadaan beberapa Pondok pesantren yang untuk meneruskan kegiatannya yang mulia yaitu memberikan pelajaran agama dan mencetak kader dakwah Islamiyah, namun dalam praktek pencarian dana mesti mempekerjakan santrinya mencari dunatur atau bahkan berkeliling dari bis ke bis membawa kotak amal yang bertuliskan sumbangan untuk pondok pesantren.
Kemudian fenomena kedua yang menjadi pemicu didirikannya Pondok Pesantren Sunan Kalijogo, Jomblangan, Banguntapan, Bantul ini adalah banyak terdapat penjualan daging hewan-hewan yang disembelih kurang Islami. Banyak perlakuan penyembelihan terhadap yang akan dijual dagingnya kepada konsumen yang notabene mayoritas beragama Islam dengan perlakuan yang kurang agamis. Entah dikarenakan pengetahuan orang yang menyembelih tentang adab dan kesopanan cara penyembelihan hewan yang menjadikan kekhalalan, sehingga menghilangkan keraguan bagi pihak penjual maupun pembeli akan kebolehan memakan dagingnya.
Fenomena ketiga, masih kurangnya para da’i yang menjadi “penda’i pemberi”, bukan “penda’i penerima”. Maksudnya kurangnya penda’i yang datang untuk memberikan pelajaran agama kepada satu kaum atau umat muslim di satu tempat tetapi yang juga memperhatikan apa kekurangan umat di tempat tersebut. Fenomena yang banyak berkembang adanya penda’i kedatangannya ditentukan dari berapa jumlah sumbangan yang mesti diberikan agar sang dai dapat memberikan ceramah ditempat sang pemesan. “Memang ada ustadz-ustadzah yang datang dengan satu niat tulus ikhlas tanpa meminta atau mau diberi imbalan, bahkan berani memberikan apa yang diperlukan oleh komunitas muslim yang diceramahinya, namun kasus yang seperti ini sudah amat langka dan sangat sedikit sekali jumlahnya,” ujar beliau. Ditambah lagi banyaknya santri yang setelah lulus dari pondok pesantren yang kebingungan mencari kegiatan guna menghidupi diri ataupun keluarganya jika telah berkeluarga.
Berdasarkan beberapa fenomena yang tersebut, maka Bpk H. M. Wardjono beserta pengelola yang lain memiliki Visi Yayasan Pondok Pesantren Wirausaha „Sunan Kalijaga “
Sementara dalam pengajaran keagamaan dan pengelolaan pondok diperkuat dengan kehadiran Kyai pondok yaitu KH Moh. Dalhar, Pembelajaran Kitab oleh Drs. Bachrum Bunyamin, MA, serta pengembangan kurikulum oleh Dr. H Marjoko Idris,MA dan Ir. Abdullah Effendi, MT, Drs. Farhan Duljari sebagai pengelola asrama. Sementara untuk bidang kewirausahaan pondok akan menghadirkan pengusaha-pengusaha dalam berbagai bidang dengan berbagai macam keterampilan yang dapat ditularkan kepada para santriwan dan santriwati pondok juga bekerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan yang terkait.
Untuk peresmian pondok wirausaha “Sunan Kalijogo” Jomblangan, Banguntapan,
Yunus Hanis Syam
Pengurus Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Ponpes Wira Sunan Kalijogo”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar